Pengertian, Jenis, Proses Kerja, dan Cara Mempelajarinya

Pengertian, Jenis, Proses Kerja, dan Cara Mempelajarinya

Web development adalah keliru satu bidang pekerjaan yang benar-benar menarik untuk dipertimbangkan. Jika anda lihat di situs lowongan pekerjaan, posisi yang tentang bersama situs development selalu tersedia bersama gaji yang lumayan menjanjikan. Ini artinya, profesi situs developer banyak dicari dan dibutuhkan oleh perusahaan.

Kamu tertarik bersama situs development dan berminat jadi seorang situs developer? Yuk cari jelas dulu seluk beluk tentang situs development di artikel ini! Baca hingga habis ya.

Pengertian Web Developer

Dilansir berasal dari Hubspot, situs development adalah istilah umum untuk pekerjaan yang dilaksanakan untuk membangun situs web. Hal ini termasuk segala hal, jadi berasal dari markup, koding hingga scripting, konfigurasi jaringan, dan pengembangan CMS.

Menurut Techopedia, situs development di dalam arti yang lebih luas termasuk seluruh tindakan, pembaruan, dan operasi yang dibutuhkan untuk membangun, memelihara, dan mengelola situs web. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan situs miliki performa, pengalaman pengguna (user experience) dan kecepatan yang optimal.

1. Frontend Web Development

Frontend development adalah tipe situs development yang tentang bersama penampilan website. Misal seperti navigasi menu website, tata letak, grafis dan lainnya. Tugas ini dilaksanakan oleh seorang frontend situs developer.

Frontend situs developer bertugas untuk membangun antarmuka (interface) situs yang mampu membantu pengguna mengfungsikan situs dan mencari informasi bersama mudah.

Untuk jadi seorang frontend situs developer, anda setidaknya kudu menguasai 3 bhs pemrograman: HTML, CSS, dan JavaScript. Selain itu, frontend situs developer terhitung kudu meyakinkan situs miliki penampilan yang responsif. Sehingga, apa pun perangkat yang digunakan, penampilan situs dapat nampak rapi dan mampu sesuaikan bersama ukuran layar perangkat.

2. Backend Web Development

Jika frontend situs development terkait bersama apa yang mampu dicermati oleh pengguna, maka backend situs development adalah kebalikannya. Backend situs development dan frontend situs development kudu selalu bekerja sama supaya sistem pengembangan situs mampu berjalan bersama baik.

Backend situs development adalah sistem membangun situs berasal dari “balik layar” dengan kata lain yang tidak mampu dicermati oleh pengguna. Mulai berasal dari database, server sistem operasi, sistem keamanan, hingga Application Programming Interface (API).

Untuk melaksanakan sistem pengembangan situs berasal dari sisi backend, anda kudu menguasai bhs pemrograman untuk sisi server, seperti PHP, Python, dan SQL.  Di backend terhitung terkandung beragam framework yang kudu dikuasai oleh developer seperti Django, CodeIgniter, dan Rails. 

Seperti halnya frontend, framework di backend development terhitung berfungsi untuk mempermudah workflow di di dalam pengerjaan website, mengingat framework sudah miliki kerangka dan struktur yang berfungsi untuk pembuatan website. 

3. Fullstack Web Development

Jenis situs development setelah itu adalah fullstack situs development. Di sini, developer melaksanakan pekerjaan frontend dan backend sekaligus. Artinya, seorang fullstack situs developer kudu mampu menyebabkan penampilan dan fitur situs sekaligus meyakinkan keamanan dan kecepatan situs berasal dari sisi server mampu berjalan optimal.

Developer yang bertugas di fullstack situs development kudu menguasai lebih banyak bhs pemrograman dan framework.

Tidak hanya itu, fullstack situs developer terhitung kudu mampu melaksanakan debugging, mengembangkan aplikasi, troubleshooting, dan bahkan menciptakan fitur baru.

Proses Kerja Web Development

Dalam mengembangkan sebuah website, tersedia banyak sekali sistem yang kudu dilakukan, dan tentu saja tidak mudah. Mengingat, tiap-tiap pengembangan situs mempunyai sistem yang banyak variasi bergantung terhadap tipe website, sumber daya yang dimiliki, dan bhs pemrograman yang digunakan.

Walau begitu, secara umum sistem kerja situs development dibagi jadi tujuh tahapan. Berikut penjelasannya.

1. Perencanaan (Planning)

Agar sistem pengembangan situs mampu berjalan lancar, anda kudu pilih konsep pembuatan website. Mulai berasal dari obyek pembuatan website, obyek audiens, struktur navigasi, hingga budget yang dimiliki.

2. Perancangan (Designing)

Setelah perencanaan situs development sudah direncanakan bersama matang, cara setelah itu adalah perancangan website. Di bagian ini, penampilan situs dirancang mengfungsikan sitemap dan wireframe.

Sitemap merupakan sketsa yang berisi korelasi pada beragam halaman di di dalam sebuah website. Melalui sitemap, developer mampu memperkirakan tingkat kemudahan pengguna di dalam menemukan informasi atau sarana di dalam sebuah website.

Sedangkan wireframe adalah visual antarmuka situs yang nantinya dapat dibikin oleh developer. Fitur ini tidak miliki elemen desain seperti logo dan warna. Wireframe tentang bersama elemen yang dapat ditambahkan ke halaman website.

3. Implementasi (Coding)

Tahap setelah itu adalah bagian implementasi terhadap situs development, yaitu penyusunan kode program. Pada bagian ini, developer dapat mengfungsikan beragam bhs pemrograman beserta framework.

Tahap ini ditangani oleh frontend developer yang bekerja sama bersama backend developer atau langsung oleh fullstack developer.

Membuat Frontend Website

Dalam sistem mengerjakan frontend situs development, anda perlu paduan berasal dari HTML, CSS, dan JavaScript. Gabungan ketiga coding selanjutnya adalah untuk menyebabkan navigasi menu, font website, dan desain situs yang responsif. Singkatnya, bagian ini dapat mengonversikan wireframe jadi proyek situs yang memang bersama beragam unsur seperti grafik warna, tipografi, tombol, animasi, menu, dan lain sebagainya.

Membuat Backend Website

Agar frontend mampu berfungsi, dibutuhkan back-end development. Dibutuhkan dua komponen di dalam pengembangan backend, yaitu database dan server.

Database berfungsi untuk menata, menyimpan, dan memproduksi information yang diminta oleh server. Sedangkan server adakah hardware atau software yang miliki kegunaan untuk mengirim, menerima, dan memproduksi keinginan information berasal dari browser atau client.

Setelah miliki ke-2 komponen tersebut, backend developer dapat mengerjakan sistem coding, database management, dan pengelolaan situs (infrastruktur).

4. Pengujian dan Penyebaran (Testing and Deployment)

Untuk mendeteksi apakah terkandung bug di dalam sistem, kudu tersedia bagian testing atau pengujian yang teliti, ketat, dan berulang. Tepat sebelum anda melaksanakan setting situs untuk mengakses ke server.

Dalam bagian ini, situs diuji berasal dari aspek fungsionalitas, kompatibilitas, kegunaan, kinerja, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, seluruh script kode program terhitung kudu diuji untuk meyakinkan bahwa situs mampu dimuat dan tampil bersama baik di seluruh platform dan perangkat.

5. Post-deployment dan Maintenance

Begitu situs diluncurkan, sistem pengembangan situs tidak berhenti begitu saja. Masih tersedia yang kudu dilaksanakan setelah situs sudah diluncurkan dan disebarluaskan. Mulai berasal dari pembaruan umum (general updates), maintenance website, dan terhitung penambahan fitur baru jika diperlukan.

Post-deployment dan  maintenance situs ini berfungsi untuk tetap menaikkan kegunaan dan fitur situs sejalan bersama adanya kebutuhan baru.

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimanakah Desain Rumah Kecil Sederhana yang Bagus

Pembangunan Rumah Megah Hook 2 Muka

4 Trik Skateboard – dan Tips – untuk Ditambahkan ke Repertoar Anda